1. SARAF TERJEPIT
Dimulai dari rangsangan berupa sentuhan, tekanan, rasa sakit, suhu panas atau dingin, rangsangan ini diterima reseptor saraf pada kulit, lalu dikirim ke saraf tepi, masuk dalam susunan saraf pusat di sumsum tulang belakang. Gangguan saraf tepi yang biasanya mewujud pada gejala kesemutan bisa muncul akibat saraf terjebak otot atau jaringan lain.
Di dalam tulang punggung berjajar sumsum tulang yang bisa menekan saraf di sekitarnya atau menekan saraf yang keluar dari setiap tulang punggung. Di setiap tulang punggung, terdapat lubang tempat keluar akar saraf yang berasal dari sumsum tulang. Tempat keluar ini bisa dipersempit oleh inti tadi, sehingga saraf tertekan. Inilah yang biasa disebut sebagai saraf terjepit oleh awam.
Di dalam tulang punggung berjajar sumsum tulang yang bisa menekan saraf di sekitarnya atau menekan saraf yang keluar dari setiap tulang punggung. Di setiap tulang punggung, terdapat lubang tempat keluar akar saraf yang berasal dari sumsum tulang. Tempat keluar ini bisa dipersempit oleh inti tadi, sehingga saraf tertekan. Inilah yang biasa disebut sebagai saraf terjepit oleh awam.
PENYEBAB :
· karena adanya trauma atau benturan yang keras sehingga menyebabkan dislokasi (tulang belakang bergeser). Bergesernya tulang belakang menyebabkan akar saraf terjepit sehingga menyebabkan rasa sakit.
· pola sikap yang buruk. Hal itu berawal dari kebiasaan yang terus menerus dilakukan, tidak hanya dalam hitungan bulan tetapi bisa tahunan.Berhubung bentuknya kebiasaan, maka seringkali orang tidak cepat merespons jika ada masalah. Bahkan dianggap hanya masalah biasa, padahal itu merupakan gejala dari saraf terjepit. Akhirnya, penderita baru menyadari bahwa ia menderita penyakit saraf terjepit setelah ada pencetus yang mengakibatkan anggota tubuhnya ada yang tidak bisa digerakkan.
· Tidak melakukan Pemanasan Sebelum Olahraga. Menurut dokter spesialis olahraga, Dr Indrarti Soekotjo SpKO, warming up atau pemanasan sangat penting dilakukan sebelum berolahraga. Ini karena aktivitas olahraga sangat dominan melibatkan gerak otot, tulang, dan sendi.
· Tidak melakukan Stretching (Peregangan Otot).
· Adanya Gerakan salah pada saat Olahraga.
CARA PENGOBATAN :
· Terapi lintah & herbal untuk keluhan sakit karena Cedera otot / saraf terjepit sangat efektif dan cepat menghilangkan nyeri, kaku, sakit saat digerakan, panas yang disertai dengan kenjang-kejang. Umumnya dalam kasus cedera otot / saraf terjepit terjadi penbekuan darah dan juga cairan.Dengan terapi lintah & herbal, pasien terhindar dari kerusakan saraf secara permanen. Seiring masa terapi keluhan sakit akibat cedera otot / saraf terjepit akan hilang dan sembuh seperti semula.
CARA MENGHINDARI :
· Pemanasan Sebelum Olahraga. Menurut dokter spesialis olahraga, Dr Indrarti Soekotjo SpKO, warming up atau pemanasan sangat penting dilakukan sebelum berolahraga. Ini karena aktivitas olahraga sangat dominan melibatkan gerak otot, tulang, dan sendi. ”Sebelum otot layak pakai, maka harus dipanaskan dulu. Prinsipnya, sama dengan mobil. Sebelum digunakan harus dipanaskan terlebih dulu,” ujar dokter yang biasa menangani kesehatan atlet-atlet nasional itu. Menurut dia, pemanasan berfungsi untuk meningkatkan aliran darah menuju otot. Bila aliran darah yang mengalir menuju otot meningkat, maka oksigen dan nutrisi pun akan banyak bergerak ke otot. Lewat pemanasan, hal itu akan terjadi. Alhasil, sebelum masuk ke olahraga inti, maka otot-otot telah siap untuk digerakkan.
”Pemanasan bisa dilakukan selama 5-10 menit,”
”Pemanasan bisa dilakukan selama 5-10 menit,”
· Stretching.
Setelah badan mulai panas dan sedikit berkeringat, kita perlu juga melakukan peregangan otot atau stretching. Stretching juga merupakan bagian dari pemanasan sebelum berolahraga.
2. OTOT TERTARIK ATAU KRAM (STRAINS)
Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap. Strains sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik otot betis juga kerap terjadi pada para pemain bola. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut.
Strain (cidera otot) adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon (termasuk titik-titik pertemuan antara otot dan tendon) karena penggunaan yang berlebihan.
Penyebabnya adalah Terjadi robekan jaringan, bisa makroskopis (dapat dilihat dengan mata telanjang) atau mikroskopis (tidak dapat dilihat).
Gejala dan tanda :
· Penderita mengeluh nyeri di ujung bahu.
· Kalau penderita menaikkan lengan ke samping, setelah 45o pertama, penderitamulai merasa sakit, lebih-lebih setelah lengan lebih tinggi.
· Tetapi rasa sakit berkurang lagi setelah lewat 120.
· Nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi.
· Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.
Jenis strain :
· Strain ringan : Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku.
· Strain total : Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan.
PENYEBAB :
-kram kemungkinan disebabkan oleh tidak tercukupinya aliran darah menuju otot. Misalnya, mereka bisa terjadi setelah makan, ketika aliran darah terutama yang menuju saluran pencernaan dibandingkan yang menuju otot. Kadar elektrolit yang rendah pada darah, seperti potassium, bisa juga menyebabkan kram. Kadar potassium yang rendah bisa dihasilkan dari penggunaan beberapa diuretik atau dari dehidrasi.
CARA PENGOBATAN :
Walaupun kram otot dapat hilang sendiri, tapi tindakan berikut perlu dilakukan untuk meringankan gejala :
· otot yang kram diregangkan.
· pemijitan pada otot yang kram.
· kompres air hangat.
· minum yang banyak untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
Kebanyakan obat-obatan diresepkan untuk menghilangkan kram (termasuk quinine sulfate, magnesium karbonat, dan benzodiazepines seperti diazepam) tidak terbukti efektif dan bisa menimbulkan efek samping. Suplemen kalsium adalah sesuai sekali, tetapi mereka juga tidak terbukti efektif. Mexiletine kadangkala membantu tetapi memiliki banyak sekali efek samping.
Kebanyakan obat-obatan diresepkan untuk menghilangkan kram (termasuk quinine sulfate, magnesium karbonat, dan benzodiazepines seperti diazepam) tidak terbukti efektif dan bisa menimbulkan efek samping. Suplemen kalsium adalah sesuai sekali, tetapi mereka juga tidak terbukti efektif. Mexiletine kadangkala membantu tetapi memiliki banyak sekali efek samping.
CARA MENGHINDARI :
Agar tidak terkena kram otot, atau setidak-tidaknya tidak terserang untuk kesekian kalinya, sebaiknya lakukan :
· pemanasan yang cukup sebelum berolah raga atau aktivitas tertentu yang melibatkan otot. Kemudian jangan lupa pendinginan / pelemasan sesudahnya.
· minum lebih banyak cairan, terutama yang mengandung elektrolit, saat berolahraga.
· olah raga dengan intensitas ringan lebih dahulu, kemudian berangsur-angsur lebih berat.
· jika mesti duduk lama (menggunakan otot panggul) atau menulis lama (menggunakan otot jari), selang beberapa lama sebaiknya diselingi pelemasan dan peregangan.
3. NYERI SARAF-OTOT
Nyeri saraf-otot (Neuropathic pain) dapat terjadi pada setiap bagian tubuh, mulai dari kepala, leher, tengkuk, pundak, punggung, bahu, lengan, siku, jari-tangan, pinggang, pinggul, lutut sampai dengan kaki.
Nyeri dapat terjadi secara mendadak, misalnya akibat cedera olahraga dapat menyebabkan pembengkakan otot yang teregang (Muscle Sprain), otot/ligamen tersobek, kejang atau kram otot, tennis-elbow.
Selain itu nyeri mendadak dapat terjadi mengikuti peradangan akut seperti radang saraf (neuritis), radang kantung sendi (bursitis – knie water), radang sendi (arthritis).
Namun nyeri saraf dapat juga terjadi menahun atau hilang-timbul (sering kambuh); ini dapat dilihat sebagai akibat cedera berulang menyertai olahraga, pekerjaan sehari-hari yang melelahkan, mengangkat beban berat ditambah lagi dengan kebiasaan postur tubuh yang buruk saat bekerja. Sebagai contoh : nyeri pinggang (Low Back Pain) sering terjadi pada olahragawan, latihan yang tidak teratur dan tidak didahului dengan pemanasan (warming-up) yang baik, mengangkat barang berat.
Nyeri dapat terjadi secara mendadak, misalnya akibat cedera olahraga dapat menyebabkan pembengkakan otot yang teregang (Muscle Sprain), otot/ligamen tersobek, kejang atau kram otot, tennis-elbow.
Selain itu nyeri mendadak dapat terjadi mengikuti peradangan akut seperti radang saraf (neuritis), radang kantung sendi (bursitis – knie water), radang sendi (arthritis).
Namun nyeri saraf dapat juga terjadi menahun atau hilang-timbul (sering kambuh); ini dapat dilihat sebagai akibat cedera berulang menyertai olahraga, pekerjaan sehari-hari yang melelahkan, mengangkat beban berat ditambah lagi dengan kebiasaan postur tubuh yang buruk saat bekerja. Sebagai contoh : nyeri pinggang (Low Back Pain) sering terjadi pada olahragawan, latihan yang tidak teratur dan tidak didahului dengan pemanasan (warming-up) yang baik, mengangkat barang berat.
PENYEBAB :
· Kurangnya pemanasan saat akan melakukan kegiatan berolahraga.
· Berolahraga pada cuaca panas.
· Kurangnya aliran darah ke otot yakni adanya penumpukan asam laktat pada aliran darah akibat kurang sempurnanya metabolisme.
· Kelelahan akibat penggunaan otot yang terus menerus.
· Kekurangan cairan (dehidrasi) dan elektrolit.
· Cedera otot.
· Kekurangan vitamin, misalnya tiamin (B1), asam pantotenat (B5), dan piridoksin (B6).
· Kadar elektrolit yang rendah pada darah, seperti potassium.
· Kondisi udara yang dingin. Hal ini terjadi mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga mengganggu aliran dalam tubuh. Otot menjadi kaku sehingga timbul kram.
· Beberapa obat seperti, obat pelancar kemih, dan penurun lemak.
CARA PENGOBATAN :
Dalam mengobati nyeri saraf, yang terpenting tentunya mencari dan mengobati penyebabnya.
Namun pengobatan sedini mungkin dan pertolongan pertama bila terjadi nyeri mendadak perlu diketahui, sebagai contoh bila nyeri timbul akibat olahraga atau kecelakaan.
Dalam hal ini ingatlah R I C E :
R = Rest (istirahatkan bagian yang cedera)
I = Ice (kompres es untuk mengurangi perdarahan)
C = Compression (Penekanan untuk mengurangi pembengkakan)
E = Elevation (Peninggian bagian yang cedera)
Namun pengobatan sedini mungkin dan pertolongan pertama bila terjadi nyeri mendadak perlu diketahui, sebagai contoh bila nyeri timbul akibat olahraga atau kecelakaan.
Dalam hal ini ingatlah R I C E :
R = Rest (istirahatkan bagian yang cedera)
I = Ice (kompres es untuk mengurangi perdarahan)
C = Compression (Penekanan untuk mengurangi pembengkakan)
E = Elevation (Peninggian bagian yang cedera)
CARA MENGHINDARI :
Pencegahan terhadap terjadinya nyeri (Primary Prevention), maupun pencegahan terhadap kekambuhan (Secondary Prevention) perlu disosialisikan dalam kehidupan sehari-hari meliputi pola hidup sehat , termasuk didalamnya pengenalan keselamatan berolahraga, keselamatan bekerja, postur tubuh yang benar dikala bekerja .
4. CEDERA PADA SARAF LEHER DAN BAHU
Cedera pada saraf leher dan bahu yang menyebabkan perasaan terbakar atau menyengat disebut pembakar atau sengatan. Nama lain untuk jenis ini adalah cedera saraf pleksus brakialis cedera. Pemain sepak bola paling sering terkena. Sampai setengah dari semua pemain sepak bola perguruan tinggi memiliki setidaknya satu pembakar atau alat penyengat. Banyak dari ini terjadi selama football sekolah tinggi. Untungnya, itu bukan cedera leher serius.
Apa bagian tubuh yang terlibat?
Pleksus brakialis paling sering dipengaruhi oleh gaya ke bawah atau ke belakang terhadap bahu. Sebuah saraf pleksus adalah area di mana saraf cabang dan bergabung. Pleksus brakialis adalah sekelompok saraf di tulang belakang leher dari C5 ke C8-T1. Ini termasuk bagian bawah leher akar saraf dan saraf akar dari vertebra toraks pertama.
Meninggalkan saraf tulang belakang, melewati leher, di bawah klavikula (tulang leher) dan ketiak, dan kemudian turun lengan.
Pleksus brakialis dimulai dengan lima akar yang menggabungkan atau bergabung bersama untuk membentuk tiga batang.
Tiga batang yang atas (C5-C6), tengah (C7), dan bawah (C8-T1). Setiap batang kemudian terpecah dalam dua, untuk membentuk enam divisi. Divisi ini kemudian berkumpul kembali menjadi tiga kabel (posterior, lateral, dan medial).
Akhirnya, ada cabang-cabang yang menghasilkan tiga syaraf ke kulit dan otot-otot lengan dan tangan: median, ulnaris, dan radial saraf.
Gejala :
Sebuah terbakar atau perasaan menyengat antara leher dan bahu adalah tanda menemukan dalam kondisi ini. Sakit leher sejati lebih cenderung menjadi cedera pada leher sendiri. Dengan pembakar atau sengatan, gejala yang menyakitkan mulai di atas bahu dan lengan turun dan bahkan ke dalam tangan.
Bahu dan lengan dapat merasa mati rasa atau lemah. Anda mungkin merasa seolah-olah daerah ini kesemutan. Kelemahan dapat hadir pada saat cedera. Beberapa pasien melaporkan merasa lengan dan tampaknya sudah mati. Ini kelumpuhan dan gejala lainnya bisa bersifat sementara atau temporer. Mereka mungkin hanya berlangsung beberapa detik atau menit. Tetapi bagi beberapa pasien, penyembuhan memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu. Dalam kasus yang jarang terjadi, kerusakan dapat permanen.
PENYEBAB :
Pembakar atau sengatan adalah hasil dari kompresi traksi atau gaya pada pleksus brakialis atau akar saraf serviks. Mekanisme yang biasa terjadi cedera ketika sebuah pukulan atau keras langsung menghantam ke atas mendorong bahu Anda turun pada saat yang sama kepala Anda terpaksa seberang.
Dalam proses, pleksus brakialis antara leher dan bahu semakin menggeliat. Cedera yang sama dapat terjadi jika gaya ke bawah tulang selangka menyentuh langsung. Dalam sepak bola, pembakar atau sengatan paling sering terjadi ketika Anda menangani atau memblokir pemain lain. Gerakan ini overstretches saraf pleksus brakialis.
Tidak jelas di mana tepatnya di pleksus brakialis kerusakan terjadi. Beberapa ahli menyarankan cedera yang paling mungkin berada di tingkat batang, bukan pada tingkat akar saraf. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pembakar atau sengatan dari gaya kompresi akar saraf menyebabkan kerusakan sementara traksi mengakibatkan cedera pleksus cedera. Sebuah akar saraf cedera akan jauh lebih serius dari kompor atau alat penyengat dari batang cedera pleksus brakialis.
Atlet lain yang berpartisipasi dalam gulat, senam, ski salju, dan seni bela diri juga dapat mengalami pembakar atau sengatan. Beberapa studi menunjukkan bahwa atlet dengan saluran leher rahim yang sempit mungkin pada peningkatan resiko untuk jenis cedera.
Sejarah yang cermat dan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mendiagnosis sengatan atau pembakar. Wilayah dengan menilai kelemahan, pemeriksa mungkin dapat mengatakan apakah cedera regangan pleksus brakialis telah terjadi. Fungsi saraf dan refleks juga dievaluasi. Jika dokter mencurigai cedera tulang belakang leher, pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
X-ray, MRI, dan studi electrodiagnostic seperti elektromiogram (EMG) dapat membantu membuat diagnosis akhir. The EMG akan mengkonfirmasi masalah, menunjukkan area kerusakan, dan memberikan gambaran tentang berapa lama pemulihan akan memakan waktu untuk setiap individu.
Perawatan
Apa pilihan pengobatan yang tersedia?
Nonsurgical Treatment
Melindungi leher dengan kerah lembut adalah langkah pertama dalam fase akut pembakar atau sengatan. Jika cedera terjadi di lapangan, pemain ditempatkan dalam sebuah pelindung kerah sebelum dipindahkan dari lapangan. Ini dikenakan sampai sinar-X yang diambil untuk menyingkirkan fraktur, dislokasi, atau lainnya cedera leher lebih serius.
Istirahat dan lembut leher dan bahu rentang gerak gejala disarankan sampai menyelesaikan. Jika hal ini tidak terjadi dalam beberapa hari, lalu terapi fisik mungkin diperlukan. Anda akan menggunakan modalitas terapi seperti biofeedback, electrical nerve stimulation, dan manual terapi untuk membantu mengembalikan fungsi alami saraf.
Rentang gerak dan olah raga akan ditambahkan sebagai ditoleransi. Postur tubuh sangat penting selama fase penyembuhan. Dada-posisi keluar membantu membuka kanal tulang belakang, sehingga memberi lebih banyak ruang bagi sumsum tulang belakang. Sikap ini juga menurunkan tekanan pada akar saraf. Anda terapis akan memberikan terapi khusus olahraga ketika gejala menyelesaikan (pergi jauh).
5. CEDERA KEPALA
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injuri baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001 , hal . 39).
Cedera kepala adalah gangguan fungsi otak normal karena trauma (trauma tumpul atau trauma tusuk) ( Nettina, 2001,hal. 72)
Cidera kepala adalah kerusakan jaringan otak yang diakibatkan oleh adanya trauma (benturan benda atau serpihan tulang) yang menembus atau merobek suatu jaringan otak, oleh pengaruh suatu kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan akhirnya oleh efek percepatan perlambatan pada otak yang terbatas pada kompartemen yang kaku (Price & Wilson, 1995).
Cedera kepala adalah gangguan fungsi otak normal karena trauma (trauma tumpul atau trauma tusuk) ( Nettina, 2001,hal. 72)
Cidera kepala adalah kerusakan jaringan otak yang diakibatkan oleh adanya trauma (benturan benda atau serpihan tulang) yang menembus atau merobek suatu jaringan otak, oleh pengaruh suatu kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan akhirnya oleh efek percepatan perlambatan pada otak yang terbatas pada kompartemen yang kaku (Price & Wilson, 1995).
Klasifikasi Cedera Kepala :
§ Cedera kepala ringan (kelompok risiko rendah)
(1) Skor skala koma Glasgow 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif)
(2) Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
(3) Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
(4) Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
(5) Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit
kepala
(6) Tidak adanya kriteria cedera sedang berat
(1) Skor skala koma Glasgow 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif)
(2) Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
(3) Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
(4) Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
(5) Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit
kepala
(6) Tidak adanya kriteria cedera sedang berat
§ Cedera kepala sedang (kelompok risiko sedang)
(1) Skor skala koma Glasgow 9-14 (konfusi, latergi, atau stupor)
(2) Konkusi
(3) Amnesia pasca-trauma
(4) Muntah
(5) Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda Battle, mata rabun, hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan serebrospinal)
(6) Kejang
(1) Skor skala koma Glasgow 9-14 (konfusi, latergi, atau stupor)
(2) Konkusi
(3) Amnesia pasca-trauma
(4) Muntah
(5) Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda Battle, mata rabun, hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan serebrospinal)
(6) Kejang
§ Cedera kepala berat (kelompok risiko berat)
(1) Skor skala koma Glasgow 3-8 (koma)
(2) Penurunan derajat kesadaran secara progesif
(3) Tanda neurologis fokal
(4) Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium
(1) Skor skala koma Glasgow 3-8 (koma)
(2) Penurunan derajat kesadaran secara progesif
(3) Tanda neurologis fokal
(4) Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium
Penyebab cedera kepala antara lain kecelakaan lalu lintas, perkelahian , jatuh, dan cedera olahraga. Cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh peluru atau pisau.